Thursday 13 November 2014

Peneliti UNY Kembangkan Teh dari Bunga Sepatu

Bunga sepatu (Hisbiscus rosa sinensis) dikenal masyarakat Jawa Tengah dengan sebutan kembang wora-wari. Bunga itu mudah dijumpai di banyak tempat karena sering digunakan sebagai tanaman pagar, tanaman di halaman kantor, maupun dibiarkan begitu saja tumbuh di pinggir-pinggir jalan.

Di tangan Dr. Das Salirawati, pengajar pada Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta, bunga sepatu diolah menjadi teh untuk produk industri rumahan yang menjanjikan.

Menurut Salirawati, teh bunga sepatu dapat dibuat dengan cara dioven maupun disangrai. Keduanya memberikan hasil yang berbeda, baik tekstur, tampilan, aroma, maupun kadar zat gizi yang terkandung.

Teh bunga sepatu yang dioven memiliki tekstur lebih halus dan aroma wangi bunga yang tercium lebih tajam. Sementara itu, teh bunga sepatu yang disangrai memiliki tekstur kasar serta bau seperti teh biasa dan teh rosella, bau wangi bunga sepatu tidak tercium sama sekali.

"Bunga sepatu banyak jenis dan warnanya, ada yang berkelopak tunggal atau rangkap, dan warnanya ada yang merah tua, pink, orange, dan kuning. Teh bunga sepatu berwarna merah merupakan pilihan terbaik, karena kita tidak perlu menambahkan zat pewarna karena sudah menghasilkan warna persis seperti teh biasa," katanya di Yogyakarta, Kamis, 13 November 2014.

Salirawati menjelaskan berbagai kadar zat gizi yang terkandung dalam teh bunga sepatu. Kadar karbohidrat (glukosa), vitamin C, kafein, dan polifenol, ternyata menunjukkan bahwa teh bunga sepatu memiliki komposisi zat-zat gizi tersebut sesuai yang dibutuhkan manusia tiap hari, dibandingkan teh yang biasa dikonsumsi dan teh rosella.

Lebih manis

Teh bunga sepatu merah dan oranye yang dioven memiliki kadar glukosa 296 mg/g teh dan 228 mg/g teh. Sementara itu, jika disangrai, kadar glukosanya 80 mg/g teh dan 68 mg/g teh. Pada teh rosella, kadar glukosanya 60 mg/g teh dan beberapa teh biasa di pasaran memiliki kandungan glukosa yang relatif rendah, yaitu berkisar 6-8 mg/g teh.

Kandungan yang relatif rendah pada teh biasa itulah yang menyebabkan banyak orang selalu menambahkan gula sebelum meminumnya. Soalnya, pada teh biasa rasa, yang dominan bukan rasa manis tetapi rasa sepet akibat tanin dan katekin yang terkandung di dalamnya relatif tinggi.

"Berdasarkan perbandingan kadar glukosa tersebut, teh bunga sepatu termasuk teh yang kandungan glukosanya relatif tinggi, sehingga tidak perlu menambahkan gula pasir, kecuali mereka yang sangat menyukai rasa manis yang relatif tinggi. Berarti selain menghemat gula, juga sangat praktis jika dibawa ke mana-mana tanpa perlu membawa gula," ujar Salirawati.

Vitamin C

Ditinjau dari kadar vitamin C-nya, teh bunga sepatu merah dan oranye yang dioven sebesar 0,038 g/1 g teh dan 0,039 g/1 g teh. Sementara itu, jika disangrai sebesar 0,065 g/1 g teh dan 0,063 g/1 g teh.

Pada teh rosella, kadar vitamin C-nya hanya 0,006 g/1 g teh, jauh lebih sedikit daripada teh bunga sepatu. Padahal, jika pernah menikmati teh rosella, rasanya lebih masam. Ternyata, masamnya teh rosella bukan karena kandungan vitamin C, tetapi ada senyawa lain yang menyebabkan rasa masam, seperti polifenol yang memberi sensasi rasa segar masam pada teh.

"Kadar vitamin C pada teh biasa relatif lebih tinggi dibandingkan teh bunga sepatu, yaitu 0,1 g/1 g teh. Namun, perlu diketahui bahwa kebutuhan vitamin C orang dewasa hanya sebesar 60 mg per hari, sehingga hanya dengan mengonsumsi 1 gram teh bunga sepatu merah/oranye sangrai, kebutuhan vitamin C kita dalam sehari sudah terpenuhi, yaitu 65 mg atau 63 mg, atau 2 gram teh bunga sepatu merah/oranye oven, yaitu 76 mg atau 78 mg," terang Salirawati.

Kafein

Teh bunga sepatu merah dan oranye oven mengandung kafein sebesar 0,196 mg/1 g teh dan 0,685 mg/1 g teh. Sementara itu, jika disangrai kafeinnya sebesar 0,223 mg/1 g teh dan 0,426 mg/1 g teh.

Kadar kafein pada teh biasa dan teh rosella secara umum relatif lebih tinggi dibandingkan pada teh bunga sepatu, yaitu sebesar 0,93 mg/1 g teh dan 0,637 mg/1 g teh. Seperti halnya vitamin C, kadar kafein yang dibutuhkan tubuh manusia relatif sangat kecil, bahkan dianjurkan tidak mengonsumsi terlalu banyak minuman yang mengandung kafein. Hal ini karena kafein berpengaruh kurang baik bagi kesehatan.

Polifenol

Kadar polifenol pada teh bunga sepatu merah dan oranye yang dioven sebesar 1,26 persen dan 1,2 persen, sedangkan jika disangrai sebesar 1 persen dan 0,72 persen. Pada teh biasa, kadar polifenol sebesar 5 persen, tetapi terdiri atas polifenol yang terlarut dan tak terlarut.

"Sedangkan pada teh rosella, sampai saat ini belum ada penelitian yang menentukan banyaknya kadar polifenol. Polifenol memiliki sifat antioksidan lebih baik dibandingkan vitamin-vitamin dan menjadi objek yang menarik perhatian para ahli nutrisi, epidemiologi, perusahaan agraria dan konsumen pada dekade terakhir," ujarnya.

No comments:

Post a Comment